Penulis : Ibnu Khaliqy
Prolog
Sebagai prolog, perlu kita pahami terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan masjid dan bagaimana basis kekuatannya bagi ummat. Secara umum masyarakat pasti tahu bahkan orang awam pun mengerti bahwa masjid adalah rumah Allah dimuka bumi ini. Tatkala kita ingin mencari surga dunia, maka disanalah bermuara kepingan surga yang sesungguhnya. Masjid juga menjadi tempat dimana kita mengadu, merintih, serta menyatakan kesyukuran atas setiap peristiwa yang dilewati. Dengan begitu, menjadi jelas bahwa masjid merupakan sarana pendekatan sekaligus penyerahan diri seorang hamba kepada Tuhannya sebagai penanda seseorang itu mematuhi seluruh perintah serta menjauhi segala laranganNya.
Kemudian jika kita merujuk pada perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW maka akan ditemukan bagaimana masjid menjadi pilar kekuatan serta peradaban ummat waktu itu. Dari sini masyarakat dibentuk dan dibina dengan penuh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Konsep yang dihadirkan Rasulullah tersebut memberi kekuatan maha dahsyat dalam berbagai aspek kehidupan, diantaranya yang paling menonjol ialah sosial ekonomi dan politik. Sejarah membuktikan bagaimana Kaum Aus dan khazraj mampu dipersatukan dalam naungan islam, demikian juga dengan kaum anshar dan muhajirin. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masjid yang tidak hanya berpusat pada ritual keagamaan semata namun lebih dari itu memberikan ruang pada aspek lainnya bagi kemajuan peradaban islam.
Tantangan dan Tindakan
Hari ini, di tanah Bima tercinta tantangan begitu besar di depan mata. Dinamika sosial yang beragam seakan melengkapi kompleksitas problematika dinegri tepian air ini. Degradasi moral disertai pudarnya nilai-nilai luhur budaya daerah tak kunjung sembuh dari sakitnya. Padahal berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah daerah dari masa ke masa namun belum mampu memberikan perbaikan yang berarti bagi dou labo dana Mbojo. Salah satu program pemerintah yang sangat menarik perhatian waktu itu ialah program magrib mengaji. Suatu langkah yang dipandang efektif untuk membendung budaya lokal dari pengaruh negatif tayangan televisi dan kemajuan teknologi. Selain itu juga program tersebut sebagai langkah strategis dalam menghidupkan kembali nilai-nilai islam dan kearifan lokal yang selama ini hampir atau bahkan dilupakan masyarakatnya.
Kaitan dengan program magrib mengaji sebagaimana tersebut diatas belum mampu secara optimal menjawab tantangan Bima hari ini dikarenakan belum adanya tindakan konkrit dari pemerintah melalui kebijakannya. Maka pada kesempatan yang berbahagia ini perlu kami sampaikan bahwa pemerintah daerah selaku pemangku kekuasaan tertinggi harus melakukan revitalisasi atau optimalisasi fungsi masjid sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Jangan terjebak dikotomi politisasi masjid atau masjid politis, inilah saatnya masjid menjadi basis kekuatan serta peradaban bagi dou labo dana Mbojo. Sebab dari masjid ekonomi diberdayakan, dari masjid kebudayaan islam serta kearifan lokal dikenalkan, dan dari masjid pula pengetahuan islam menemukan kembali kejayaannya.
Disisi lain, dalam kehidupan bermasyarakat kerap ditemukan kasus dimana masjid hanya dijadikan sarana pemberitaan kematian. Distorsi fungsi masjid yang masih kurang dipahami oleh masyarakat ini perlu disosialisasikan oleh semua pihak. Tindakan yang selama ini dilakukan seakan memberi kesan bahwa masjid hanyalah tempat ibadah dan pemberitaan kematian semata. Selain itu peran atau kontribusi masyarakat terhadap masjid hanya terlihat pada hari tertentu saja, misalnya pada hari besar islam atau ketika ada hajatan lainnya. Kondisi ini membuktikan bahwa antara masjid dan ummat masih ada tabir pemisah yaitu ritual atau doktrin agama, bukan lagi berdasarkan kesadaran untuk membangun dou labo dana menuju paradaban yang gemilang, maka dari itu hal ini menjadi tantangan bagi semua pihak di dana Mbojo tercinta yang harus segera direalisasikan dalam bentuk kebijakan(pemerintah) dan tentunya harus diiringi dengan dukungan masyarakat secara nyata.
Solusi Konkrit
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjadikan masjid sebagai basis kekuatan ummat, misalnya dibidang ekonomi dengan menerapkan program “lumbung masjid”. Program ini bertujuan menampung sumbangan hasil panen masyarakat berupa padi/beras atau lainnya sehingga bisa didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan tanpa harus menunggu pembagian zakat mal atau raskin dari pemerintah. Tentu hal ini akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mengurangi angka kriminalitas. Selain itu, dengan pengelolaan atau manajemen yang baik maka masjid bisa membangun badan usaha milik masjid (asset) berupa mini market atau lainnya, dengan demikian akan memudahkan masjid dalam menjalankan segala bentuk kegiatannya secara maksimal. Hal tersebut juga menjadi point penting sehingga strategi pencapaian kemakmuran masjid bagi kemakmuran ummat dan lingkungannya bisa terwujud.
Kemudian dibidang pendidikan dan keagamaan bisa dilakukan dengan upaya peningkatan kegiatan ketakliman atau kajian keagamaan. Dalam hal ini masjid menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan karakter sebagai seorang muslim. Tua-muda, besar-kecil, pimpinan maupun bawahan menjadi satu kesatuan dalam majlis ilmu. Tidak ada pembeda diantara mereka melainkan taqwa, ummat betul-betul dibina menuju masyarakat madani yang diimpikan. Untuk itu pemerintah harus memberikan regulasi kepada para mubalig atau kaum intelektual (Dosen) untuk menyampaikan kajian-kajian sebagai mitra pemerintah, Dengan begitu pemerintah daerah lebih terbantu dan bisa melangkah pada tugas lainnya.
Selanjutnya dalam bidang sosial kemasyarakatan, kami merasa perlu adanya program “ronda subuh”. Program ini bertujuan membantu masyarakat untuk bangun melaksanakan sholat subuh berjamaah sebagaimana tradisi membangunkan makan sahur pada bulan puasa. Hal ini dirasa efektif, setidaknya memberikan sinyal kepada masyarakat untuk bangun melaksanakan sholat subuh dan mempersiapkan segala sesuatu untuk aktivitas hari itu. Artinya masyarakat dilatih untuk tidak bermalas diri melainkan mengawali pagi dengan menyembah Tuhan yang maha esa sembari berdoa untuk dimudahkan dalam kompetisi hidup pada hari itu (fastabiqul khairat).
Semoga tulisan singkat ini menjadi bahan refleksi bagi siapapun yang membacanya, tentunya kami berharap tidak terbatas pada pemikiran semata, namun lebih dari itu mampu diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, khususnya dou labo dana Mbojo tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar