Menjaga Kejujuran dalam Keseharian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda :
“Hendaklah kalian berlaku
jujur,sebab kejujuran itu membawa pada kebaikan”.
Jujur dalam arti sempit ialah kecocokan
antara ucapan dengan kenyataan.Dalam pengertian lebih luas ,jujur berarti
kesesuaian antara lahir dan batin.Firman Allah SWT :”Supaya Allah memberikan
balasan kepada orang –orang yang benar itu karena kebenarannya,dan menyiksa
orang yang munafik”(QS. Al Ahzab :24).
Jujur merupakan sifat yang terpuji.Allah menyanjung
orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang melimpah
bagi mereka.Termasuk dalam kejujuran adalah jujur kepada Allah ta’ala, kepada
sesama manusia dan kepada diri sendiri.Sebagaimana yang terdapat dalam hadits
yang shahih bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasalam bersabda : “Senantiasalah kalian jujur,karena kejujuran itu
membawa kepada kebajikan,dan kebajikan membawa kepada surga.Seseorang yang
senantiasa jujur dan berusaha untuk
selalu jujur,akhirnya ditulis disisi Allah subhanallah wa ta’ala sebagai
seorang yang selalu jujur.Dan jauhilah
kedustaan karena keduataan itu membawa kepada kemaksiatan,dan kemaksiatan
membawa ke neraka.Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu
berdusta,akhirnya ditulis di sisi Allah subhanallah wa ta’ala sebagai seorang
pendusta”(HR. Al Bukhari,Muslim dan At
Tirmidzi).
Berikut ini adalah beberapa kiat untuk dapat
senantiasa menjaga kejujuran :
1. TIDAK MEMBICARAKAN SETIAP YANG DIDENGARNYA.
Hendaknya lisan
kita senantiasa dipelihara dan dijaga.Maka waspada darinya dan berhati-hati
dalam menggunakannya merupakan sikap lebih bertaqwa dan lebih
wara’(berhati-hati dan menjaga diri).Apabila engkau menemukan seseorang yang
banyak bicara dan tidak peduli terhadap omongannya,maka ketahuilah sesungguhnya
ia berada dalam bahaya besar.Rasulallah bersabda : “Cukuplah seseorang dipandang berdusta bila ia membicarakan semua yang
didengarnya” (HR.Muslim dan Abu Daud). Alasannya,banyak bicara dapat
menjerumuskan kedalam kebohongan dengan menceritakan sesuatu yang tidak pernah
terjadi. Saat ia tidak mendapatkan bahan pembicaraan,atau dengan mengutip
berita seseorang pendusta sedangkan ia mengetahui ,maka ia termasuk salah
seorang pembohong.
2. BIASAKAN BERKATA JUJUR.
Setiap akhlaq yang baik,bisa diusahakan dengan
membiasakannya dan bersungguh-sungguh menekuninya , serta berusaha
mengamalkannya ,sehingga pelakunya mencapai kedudukan yang tinggi ,naik dari
tingkatan pertama kepada yang lebih tinggi darinya dengan akhlaq yang
mulia.karena itulah,Rasulullah bersabda: “Hendaknya
kalian berlaku jujur,karena sesungguhnya kejujuran menunjukan kepada kebaikan
dan sesungguhnya kebaikan membawa kepada surga.Seseorang yang senantiasa
bersifat jujur dan menjaga kejujuran, maka ia ditulis disisi Allah sebagai
orang yang jujur”.”
Demikian pula perkara pembohong,ia akan disifati
dengan kebohongan. Rasulullah melanjutkan : “Jauhilah
kebohongan,karena kebohongan itu membawa kepada kefasikan dan sesungguhnya
kefasikan membawa kepada neraka.senantiasa seseorang berbohong dan terus
berbohong , sehingga ia ditulis disisi Allah sebagai pembohong”(HR. Al
Bukhari,Muslim,dan At - Tirmidzi).
Berapa banyak orang yang suka membual menjadi
celaka dalam membuat- buat pembicaraan untuk menarik perhatian dan membuat
cerita untuk membuat orang lain tertawa.Orang seperti ini akan
binasa,sebagaimana disebutkan dalam hadist : “Celakalah bagi orang yang berbicara untuk membuat orang-orang tertawa
,lalu ia berbohong, celakalah ia,celakalah ia”(HR. A BU Daud dan At-
Tarmidzi dengan sanad hasan, jami’ al-ushul 10/599 no 8186)
3. BERKATA BAIK ATAU DIAM.
Imam an- Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) berkata,
“ ketahuilah, sepantas bagi semua mukallaf( orang yang baliq dan berakal )
menjaga lidahnya dari seluhruh perkataan,kecuali perkataan yang jelas ada
mashlahat-nya(manfaat dan kebaikannya).Tatkala berbicara atau tidak berbicara sama-sama ada
mashlahatnya ,maka menurut sunnah hendaknya kita menahan diri darinya.
Karena perkataaan mubah bisa menyeret
kepada perkataan yang haram atau makruh. Bahkan,ini banyak atau dominan pada
kebiasaan.sedangkan keselamatan itu tiada bandingannya. Telah diriwatkan kepada
kami didalam dua kitab shahih: shahih al –bukhari ( no. 6475)dan shahih muslim(no. 47),
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah beliau bersabda : “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,maka hendaklah dia
berkata yang baik atau diam”. Aku katakan
: hadist yang disepakati shahih ini adalah dalil yang jelas bahwa
sepantasnya seseorang tidak berbicara,kecuali jika perkataan itu merupakan kebaikan,
yaitu yang nampak mashlahatnya. Jika dia ragu-ragu tentang timbulnya mashlahat,
maka dia tidak berbicara.
Imam asy -Syafi’i rahimahullah berkata :”jika seseorang menghendaki berbicara, maka
sebelum berbicar hendaknya ia berpikir,jika tampak jelas maslahatnya maka
silakan berbicara,namun jika ragu-ragu,hendaknya ia tidak berbicara sampai
jelas kemaslahatannya”. (al-adzkaar,2/713-714,
karya Imam an-Nawawi).
Syafiq rahimahullah mengatakan Abdullah bin Mas’ud
bertalbiyah diatas bukit shofa,kemudian mengatakan, ”wahai lidah,katakanlah kebaikan niscaya engkau mendapatkan
keberuntungan,diamlah niscaya engkau selamat ,sebelum engkau menyesal.” Orang-orang
bertanya, ”wahai Abu A’bdurrahman,ini adalah suatu perkataan yang engkau
ucapkan sendiri atau engkau dengar ?’’ dia menjawab , ”tdak,bahkan aku telah mendengar Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Mayoritas kesalahan anak adam adalah
pada lidahnya”. (HR. Thabrani,Ibnu A’sakir dan
lainnya .Lihat silsilah ash- shahihah, no 534).
4. BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG JUJUR.
Banyak orang yang terjerumus dalam lubang
kemaksiatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jele.Namun juga
tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan
bergaul dengan teman –teman yang shalih. Dalam sebuah hadist Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasalam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman,
beliau bersabda : “Perumpamaan teman yang
baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang
pandai besi ,penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi ,atau
engkau bisa membeli minyak wangi darinya,dan kalau tidak , engkau tetap mendapatkan
wanginya.Sedangkan yang pandai besi
,bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu,dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asap yang tidak sedap”. (HR.
Bukhari no. 5534 dan Muslim no. 2628 ).
Imam Muslim rahimahullah mencantumkan hadist diatas
dalam bab anjuran untuk berteman dengan orang shalih dan menjauhi teman yang
buruk.
Imam an-Nawawi rahimahullah “menjelaskan bahwa dalam hadist ini terdapat permisalan teman yang
shalih dengan seorang pejual minyak wangi dan teman yang jelek dengan orang
yang pandai besi.Hadist ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman
yang shalih yang memiliki akhlaq yang mulia ,sikap wara’ dan ilmu serta
adab.Sekaligus juga terdapat larangan bergaul
dengan orang-orang yang buruk,ahli bid’ah,serta bentuk perbuatan tercela
lainnya”(syarh shahih muslim 4/227 ).
Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan : “Hadist ini menunjukan larangan berteman
dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia.Hadist ini juga
mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan
manfaat dalam agama dan dunia” ( Fathul Bari 4/227).
Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasalam menjadikan
teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang.Oleh sebab itu
beliau memerintahkan kepada kita agar pandai memilih teman dalam bergaul.Dalam
sebuah hadist Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam menerangkan : “ seseorang itu bisa terpengaruh agama teman dekatnya,maka itu
perhatikanlah dengan siapa ia berteman “(HR. Abu Daud dan
Tirmidzi.Dishahihkan oleh Syaikh al -Albani dalam silsilah ash-shahihah no. 927
)
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “Secara umum,hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat
memiliki lima sifat berikut : berakal,berakhlaq
mulia,tidak fasik,bukan ahli bid’ah, bukan orang yang rakus terhadap dunia”(Mukhtasar
Minhajul Qashidin 2/36).
Agar hidupmu menjadi benar dan dikumpulkan bersama
orang yang jujur,maka jadikanlah lahir dan batinmu benar demikian pula
jadikanlah lisanmu lisan yang benar.Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan
rizqi kepadamu berupa langkah yang benar
dan tempat yang benar. Kejujuran adlah ketegasan dan keterusterangan, sedangkan
berpaling darinya adalah penyimpangan. Orang yang beriman akan selalu jujur dan
“Sesungguhnya yang mengada-adakan
kebohongan, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada ayat-ayat Allah ,dan mereka itulah orang-orang pendusta.
(QS. An – Nahl: 105 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar