Senin, 25 Januari 2016

MENJAGA KEJUJURAN DALAM KESEHARIAN



Menjaga Kejujuran dalam Keseharian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Hendaklah kalian berlaku jujur,sebab kejujuran itu membawa pada kebaikan”.
Jujur dalam arti sempit ialah kecocokan antara ucapan dengan kenyataan.Dalam pengertian lebih luas ,jujur berarti kesesuaian antara lahir dan batin.Firman Allah SWT :”Supaya Allah memberikan balasan kepada orang –orang yang benar itu karena kebenarannya,dan menyiksa orang yang munafik”(QS. Al Ahzab :24).
Jujur merupakan sifat yang terpuji.Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang melimpah bagi mereka.Termasuk dalam kejujuran adalah jujur kepada Allah ta’ala, kepada sesama manusia dan kepada diri sendiri.Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Nabi  shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Senantiasalah kalian jujur,karena kejujuran itu membawa kepada kebajikan,dan kebajikan membawa kepada surga.Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha  untuk selalu jujur,akhirnya ditulis disisi Allah subhanallah wa ta’ala sebagai seorang yang  selalu jujur.Dan jauhilah kedustaan karena keduataan itu membawa kepada kemaksiatan,dan kemaksiatan membawa ke neraka.Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta,akhirnya ditulis di sisi Allah subhanallah wa ta’ala sebagai seorang pendusta”(HR. Al Bukhari,Muslim dan  At Tirmidzi).
Berikut ini adalah beberapa kiat untuk dapat senantiasa menjaga kejujuran :
1.      TIDAK MEMBICARAKAN SETIAP YANG DIDENGARNYA.
Hendaknya lisan kita senantiasa dipelihara dan dijaga.Maka waspada darinya dan berhati-hati dalam menggunakannya merupakan sikap lebih bertaqwa dan lebih wara’(berhati-hati dan menjaga diri).Apabila engkau menemukan seseorang yang banyak bicara dan tidak peduli terhadap omongannya,maka ketahuilah sesungguhnya ia berada dalam bahaya besar.Rasulallah bersabda : “Cukuplah seseorang dipandang berdusta bila ia membicarakan semua yang didengarnya” (HR.Muslim dan Abu Daud). Alasannya,banyak bicara dapat menjerumuskan kedalam kebohongan dengan menceritakan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Saat ia tidak mendapatkan bahan pembicaraan,atau dengan mengutip berita seseorang pendusta sedangkan ia mengetahui ,maka ia termasuk salah seorang pembohong.
2.      BIASAKAN BERKATA JUJUR.
Setiap akhlaq yang baik,bisa diusahakan dengan membiasakannya dan bersungguh-sungguh menekuninya , serta berusaha mengamalkannya ,sehingga pelakunya mencapai kedudukan yang tinggi ,naik dari tingkatan pertama kepada yang lebih tinggi darinya dengan akhlaq yang mulia.karena itulah,Rasulullah bersabda: “Hendaknya kalian berlaku jujur,karena sesungguhnya kejujuran menunjukan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan membawa kepada surga.Seseorang yang senantiasa bersifat jujur dan menjaga kejujuran, maka ia ditulis disisi Allah sebagai orang yang jujur”.
Demikian pula perkara pembohong,ia akan disifati dengan kebohongan. Rasulullah melanjutkan  : “Jauhilah kebohongan,karena kebohongan itu membawa kepada kefasikan dan sesungguhnya kefasikan membawa kepada neraka.senantiasa seseorang berbohong dan terus berbohong , sehingga ia ditulis disisi Allah sebagai pembohong”(HR. Al Bukhari,Muslim,dan At - Tirmidzi).
Berapa banyak orang yang suka membual menjadi celaka dalam membuat- buat pembicaraan untuk menarik perhatian dan membuat cerita untuk membuat orang lain tertawa.Orang seperti ini akan binasa,sebagaimana disebutkan dalam hadist : “Celakalah bagi orang yang berbicara untuk membuat orang-orang tertawa ,lalu ia berbohong, celakalah ia,celakalah ia”(HR. A BU Daud dan At- Tarmidzi dengan sanad hasan, jami’ al-ushul 10/599 no 8186)
3.      BERKATA BAIK ATAU DIAM.
Imam an- Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) berkata, “ ketahuilah, sepantas bagi semua mukallaf( orang yang baliq dan berakal ) menjaga lidahnya dari seluhruh perkataan,kecuali perkataan yang jelas ada mashlahat-nya(manfaat dan kebaikannya).Tatkala berbicara  atau tidak berbicara sama-sama ada mashlahatnya ,maka menurut sunnah hendaknya kita menahan diri darinya. Karena  perkataaan mubah bisa menyeret kepada perkataan yang haram atau makruh. Bahkan,ini banyak atau dominan pada kebiasaan.sedangkan keselamatan itu tiada bandingannya. Telah diriwatkan kepada kami didalam dua kitab shahih: shahih al –bukhari        ( no. 6475)dan shahih muslim(no. 47), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah  beliau bersabda : “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam”. Aku katakan  : hadist yang disepakati shahih ini adalah dalil yang jelas bahwa sepantasnya seseorang tidak berbicara,kecuali jika perkataan itu merupakan kebaikan, yaitu yang nampak mashlahatnya. Jika dia ragu-ragu tentang timbulnya mashlahat, maka dia tidak berbicara.
Imam asy -Syafi’i rahimahullah berkata :”jika seseorang menghendaki berbicara, maka sebelum berbicar hendaknya ia berpikir,jika tampak jelas maslahatnya maka silakan berbicara,namun jika ragu-ragu,hendaknya ia tidak berbicara sampai jelas kemaslahatannya”.             (al-adzkaar,2/713-714, karya Imam an-Nawawi).
Syafiq rahimahullah mengatakan Abdullah bin Mas’ud bertalbiyah diatas bukit shofa,kemudian mengatakan, ”wahai lidah,katakanlah kebaikan niscaya engkau mendapatkan keberuntungan,diamlah niscaya engkau selamat ,sebelum engkau menyesal.”  Orang-orang bertanya, ”wahai Abu A’bdurrahman,ini adalah suatu perkataan yang engkau ucapkan sendiri atau engkau dengar ?’’ dia menjawab ,  ”tdak,bahkan aku telah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Mayoritas kesalahan anak adam adalah pada lidahnya”.               (HR. Thabrani,Ibnu A’sakir dan lainnya .Lihat silsilah ash- shahihah, no 534).
4.      BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG JUJUR.
Banyak orang yang terjerumus dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jele.Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman –teman yang shalih. Dalam sebuah hadist Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman, beliau bersabda : “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi ,penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi ,atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya,dan kalau tidak , engkau tetap mendapatkan wanginya.Sedangkan  yang pandai besi ,bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu,dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asap yang tidak sedap”. (HR. Bukhari no. 5534 dan Muslim no. 2628 ).
Imam Muslim rahimahullah mencantumkan hadist diatas dalam bab anjuran untuk berteman dengan orang shalih dan menjauhi teman yang buruk.
Imam an-Nawawi rahimahullah “menjelaskan bahwa dalam hadist ini terdapat permisalan teman yang shalih dengan seorang pejual minyak wangi dan teman yang jelek dengan orang yang pandai besi.Hadist ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman yang shalih yang memiliki akhlaq yang mulia ,sikap wara’ dan ilmu serta adab.Sekaligus  juga terdapat larangan bergaul dengan orang-orang yang buruk,ahli bid’ah,serta bentuk perbuatan tercela lainnya”(syarh shahih muslim 4/227 ).
Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan : “Hadist ini menunjukan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia.Hadist ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia”                                         ( Fathul Bari 4/227).
Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasalam menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang.Oleh sebab itu beliau memerintahkan kepada kita agar pandai memilih teman dalam bergaul.Dalam sebuah hadist Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam menerangkan :                     seseorang itu bisa terpengaruh agama teman dekatnya,maka itu perhatikanlah dengan siapa ia berteman “(HR. Abu Daud dan Tirmidzi.Dishahihkan oleh Syaikh al -Albani dalam silsilah ash-shahihah no. 927 )
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “Secara umum,hendaknya  orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut : berakal,berakhlaq mulia,tidak fasik,bukan ahli bid’ah, bukan orang yang rakus terhadap dunia”(Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).
Agar hidupmu menjadi benar dan dikumpulkan bersama orang yang jujur,maka jadikanlah lahir dan batinmu benar demikian pula jadikanlah lisanmu lisan yang benar.Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan rizqi  kepadamu berupa langkah yang benar dan tempat yang benar. Kejujuran adlah ketegasan dan keterusterangan, sedangkan berpaling darinya adalah penyimpangan. Orang yang beriman akan selalu jujur dan “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan,  hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah ,dan mereka itulah orang-orang pendusta. (QS. An – Nahl: 105 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar